Biografi KH. Yahya Cholil Staquf

104

janjinya dengan menagih pada Majelis Konstituante pada

12 Desember 1957 meskipun tidak berhasil. Penerimaan

KH. Wahid Hasyim kemudian terbukti relevan dengan

perkembangan saat ini. Pancasila tanpa tujuh kata menjadi

landasan yang netral bagi kehidupan yang kosmopolit

(Afandi, 2021).

Keluar dari Masyumi

Ketika

Masyumi

didirikan,

Hasyim

Asy’ari

mengeluarkan fatwa bahwa Masyumi adalah satu-satunya

partai politik untuk umat Islam di Indonesia. Namun,

meskipun fatwa itu berasal dari Kiai Hasyim, Kiai Wahab

melihat ada perkembangan politik membutuhkan sikap

baru dari NU. Memang, sosok yang memiliki kepekaan

politik yang tajam adalah Kiai Wahab. Gus Yahya melihat

sikap politik Kiai Wahab ini sesuai dan konsisten dengan

konsep NKRI sebagai wasilah perjuangan NU. Ketika itu

banyak yang sulit mencerna sikap politik tersebut. Banyak

yang bertanya apa yang menjadi landasan fikih terhadap

perubahan tersebut. Memang motif yang kentara ketika

itu adalah Kiai Wahab melihat NU sebagai kekuatan

yang paling besar dalam Masyumi, tapi ditunggangi oleh

sekelompok orang. Seperti yang dikutip oleh Gus Yahya,

Kiai Wahab mengatakan “orang lain yang menunggang,

kita yang dilucuti.”

Menurut Gus Yahya, apabila dilihat lebih jauh

implikasi politik jangka panjang dari keputusan tersebut

sangat penting dan sesuai dengan konsep NKRI sebagai

wasilah perjuangan NU. Pasca kemerdekaan Indonesia,

semangat untuk mengembalikan tujuh kata dalam Piagam

Jakarta tak pernah padam bahkan semakin menggelora.

Pengembalian tujuh kata ini menjadi bagian penting dari